Tentang Promitmen
Visi - Misi dan Lingkup Usaha
Saat ini sebuah institusi bisnis tak hanya perlu memperhatikan kualitas produk dan jasanya saja, tapi juga harus memperhatikan dinamika perubahan yang terjadi di luar. Bila mengabaikannya, sebagus apapun produk dan jasa dibuat, tak dapat diterima oleh pasar.

Karenanya sebuah perusahaan haruslah cermat mengamati perubahan trend yang terjadi. Institusi bisnis harus cepat beradaptasi dengan perubahan demi perubahan agar mampu bertahan dan meningkatkan daya saing usaha.

Kecenderungan inilah yang menggerakkan lahirnya PROMITMEN sebagai solution provider yang memberikan solusi secara profesional, baik di bidang perdagangan maupun jasa.

Landasan kami dalam berbisnis adalah PROFESIONAL dan berKOMITMEN. Dua kata ini yang membentuk nama perusahaan kami: PROMITMEN. PROFESIONAL karena kami dibentuk dari tenaga yang sudah profesional di bidangnya masing-masing, sedangkan KOMITMEN adalah tekad untuk memberikan hasil terbaik bagi pelanggan, mitra, karyawan dan pemegang saham.
Visi
Menjadi penyedia barang dan jasa terpercaya di Indonesia.

Misi
Memberikan nilai tambah, baik bagi mitra dan pelanggan, dalam sebuah hubungan kerjasama yang saling menguntungkan melalui prinsip QCD (Quality, Cost, Delivery)

Lingkup Usaha

Inilah 9 Kesalahan Terbesar Manajer Penyebab Karyawan Mengundurkan Diri


Saat karyawannya mengundurkan diri, manajer seringkali mengeluh, karena hal itu berdampak pada biaya dan terganggunya aktifitas di departemennya.

Manajer cenderung mencari-cari kesalahan karyawan, dan bahkan menyalahkan kondisi di luar dan mengabaikan satu hal penting: karyawan tidak meninggalkan pekerjaan, mereka meninggalkan pimpinannya.

Hal itu sebenarnya dapat dihindari. Yang diperlukan adalah perspektif baru dan usaha ekstra dari sang manajer.

Menurut Entrepreneur, langkah awal mencegah karyawan resign adalah memahami 9 kesalahan manajer berikut ini:

1. Memberi beban berlebihan pada karyawannya.

Hal yang paling umum terjadi adalah jika melihat karyawan bekerja dengan baik, maka manajer akan terus membebaninya dengan tugas-tugas yang kadang di luar konteks uraian jabatan karyawan tersebut. Dampaknya bisa mengarah ke dua persepsi. Pertama, karyawan merasa bangga karena ia merasa dibutuhkan oleh atasannya. Kedua, karyawan jadi merasa seolah ia sedang dihukum karena kinerjanya dinilai buruk.

Meskipun di awal karyawan akan terus berusaha menunjukkan kinerja terbaiknya, namun pada akhirnya akan sama dengan karyawan yang berpersepsi kedua. Mereka akan mengalami penurunan produktifitas.

Penelitian terbaru dari Stanford menunjukkan, bahwa produktifitas per jam akan menurun tajam saat orang bekerja lebih dari 50 jam seminggu dan akan makin turun setelah 53 jam sampai akhirnya tidak mampu bekerja lagi.

Jika Anda ingin menambah beban kerja karyawan terbaik Anda, naikkan juga jabatannya. Karyawan berkinerja baik akan selalu siap menerima beban baru yang lebih berat, tapi mereka tak akan bertahan di perusahaan jika tidak ada kompensasi yang memadai. Kenaikan gaji, promosi, atau mutasi adalah cara yang tepat untuk orang-orang seperti itu. Jika Anda begitu saja menambah beban pekerjaan karyawan Anda tanpa ada kompensasi, cepat atau lambat mereka akan hengkang dari perusahaan Anda.

2. Minim kemampuan mengidentifikasi kontribusi karyawan dan cara memberi penghargaan.

Banyak manajer yang tak tahu bagaimana memotivasi karyawan terbaiknya untuk tetap bertahan di perusahaan, walaupun itu sekedar ucapan terima kasih atau tepukan di punggung mereka. Biasanya mereka meremehkan hal itu, padahal setiap orang suka dan ingin dipuji atas prestasi yang dicapainya. Manajer harus sering-sering menjalin komunikasi dengan karyawannya tentang hal-hal yang membuat mereka senang (ada yang ingin naik gaji, ada juga yang ingin pengakuan atas prestasinya) dan memberi mereka penghargaan sepantasnya.

3. Tidak mempedulikan karyawan.

Lebih dari separo orang yang meninggalkan pekerjaannya karena faktor hubungan dengan pimpinan. Perusahaan yang ‘smart’ akan selalu memastikan manajer mereka tahu betul cara menjaga keseimbangan antara profesional dengan sosial, di mana prestasi karyawan dirayakan, berempati pada karyawan yang mengalami musibah dan memberikan tantangan yang lebih berat. Pimpinan yang tidak peduli pada “hal-hal kecil” seperti itu akan menghadapi kenyataan tingginya tingkat turn over karyawan. Mereka bisa saja mempekerjakan karyawan di atas jam kerja normal tanpa perlu repot-repot menjalin komunikasi dengan karyawan. Yang penting perusahaannya untung besar.

4. Tidak menghargai komitmennya sendiri.

Membuat janji kepada karyawan akan menempatkan Anda pada situasi dilematis, yaitu antara membuat mereka senang dan melihat mereka pergi. Jika Anda menjunjung tinggi komitmen, maka karyawan akan menghormati Anda karena bisa dipercaya dan layak dihormati (dua sikap yang harus dimiliki oleh pimpinan). Tetapi jika Anda tidak menghargai komitmen yang Anda buat, jangan berharap Anda akan dihormati. Bagaimanapun juga, orang yang tidak menghargai komitmennya sendiri jangan berharap akan dihargai orang lain.

5. Mengangkat orang yang tidak tepat.

Karyawan berkinerja baik pasti ingin bekerja di lingkungan yang profesional dan berkinerja baik juga. Jika manajer tidak berusaha menciptakan suasana itu, akan menjadi demotivator (penurun motivasi) bagi karyawan berkinerja baik. Apalagi jika manajer mengangkat orang yang tidak tepat, orang tidak kompeten yang dipekerjakan karena KKN, akan berakibat sangat buruk. Jangan heran jika karyawan Anda memilih untuk mengundurkan diri.

6. Tidak memberi kesempatan karyawan mengejar passionnya.

Karyawan berbakat pasti punya passion. Punya tujuan yang ingin dicapai. Memberi mereka kesempatan untuk mencapai tujuan akan meningkatkan produktifitas dan kepuasan kerja mereka. Tapi banyak manajer yang ingin mengekang karyawannya. Mereka takut produktifitas karyawan akan menurun jika dibiarkan mengembangkan perhatian dan ambisi mengejar passionnya. Ketakutan ini tidak beralasan. Penelitian menunjukkan, bahwa orang yang mempunyai kesempatan mengejar passion dalam pekerjaannya mempunyai tingkat produktifitas hingga 5 kali lebih besar dari rata-rata.

7. Tidak mampu mengembangkan skill karyawan.

Saat ditanya mengenai hal-hal yang tidak mereka perhatikan pada karyawannya, para manager berusaha mengelak dan berlindung di bawah kata-kata “kepercayaan”, “otonomi” dan “pemberdayaan”. Itu hanyalah cara untuk menghindar dari inti persoalan, yaitu sikapnya sendiri. Manajer yang baik akan mengelola skill karyawannya. Mereka memberi perhatian dan secara berkala mendengarkan dan memberikan masukan.

Dalam manajemen selalu ada yang pertama, tapi tidak ada istilah terakhir. Karyawan berprestasi layak diberi kesempatan untuk berkembang. Mereka butuh diberi masukan, dan jika Anda tidak bisa memberi, perkembangan mereka akan macet dan kehilangan gairah untuk maju.

8. Tidak mampu memanfaatkan kreatifitas karyawan.

Karyawan berprestasi akan terus berupaya mengembangkan kemampuan di manapun mereka ditempatkan. Jika Anda renggut kemampuan mereka untuk berubah dan mengembangkan kemampuan hanya karena Anda merasa nyaman dengan keadaan yang sudah ada, mereka akan bosan pada pekerjaan mereka. Memberangus hasrat alami dalam diri karyawan tidak hanya akan membatasi ruang gerak mereka, tapi juga Anda.

9. Tidak mampu memberi tantangan sesuai dengan kompetensi karyawan.

Pimpinan hebat akan menantang karyawan untuk menyelesaikan tugas yang tampak tak mungkin dikerjakan. Tugas yang sulit yang akan memaksa karyawan keluar dari zona nyaman. Kemudian, manajer akan akan membantu sebisa mungkin dengan kekuasaannya agar karyawannya berhasil. Karyawan yang cerdas dan berprestasi tinggi akan cepat bosan dengan tugas yang mudah. Jika itu yang mereka dapatkan, mereka akan mencari pekerjaan lain yang lebih menantang.

Berhasil bersama-sama

Jika Anda ingin karyawan terbaik Anda tetap tinggal, pikirkan masak-masak cara mempertahankan mereka. Karyawan yang tangguh butuh banyak opsi untuk dikelola. Buatlah mereka ingin bekerja untuk Anda.

Diterjemahkan secara bebas dari Entrepreneur.
Share on Google Plus

About Unknown

Landasan kami dalam berbisnis adalah PROFESIONAL dan KOMITMEN. Dua kata ini yang membentuk nama perusahaan kami: PROMITMEN. PROFESIONAL karena kami dibentuk dari tenaga yang sudah profesional di bidangnya masing-masing, sedangkan KOMITMEN adalah tekad untuk memberikan hasil terbaik bagi pelanggan, mitra, karyawan dan pemegang saham.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar